Sabtu, 24 November 2007

Mata bening berkat multivitamin

Ada dua penyebab utama kebutaan dan penurunan daya penglihatan. Keduanya sama-sama menakutkan, yaitu formasi katarak dan degenerasi macular, karena faktor usia.

Operasi bisa menjadi solusi. Namun, kalau nutrisi sehat bisa menjadi alternatif, mengapa tak dicoba?

Orang bijak bilang, mata adalah jendela menuju dunia. Itu sebabnya, kesehatan mata harus selalu dijaga, kalau tetap ingin menikmati keindahan dunia. Nah, perawatan mata ini bisa juga dilakukan dari dalam, dengan mengonsumsi makanan sehat yang mengandung vitamin tertentu. Sejauh mana sebenarnya hubungan antara makanan dan kesehatan mata?

Musuh alami

  • Untuk menjawabnya, mari kita bahas dahulu, mengapa kualitas indra penglihatan manusia, sedikit demi sedikit (seiring pertambahan usia) mengalami penurunan.

Salah satu penyebabnya adalah musuh bebuyutan sekaligus alami lensa mata, yakni sinar mentari. Padahal, sinar itu kita hadapi saban hari, tak peduli saat beraktivitas maupun santai.

"Sel-sel lensa menghasilkan seperangkat protein yang dinamakan kristalin. Protein ini berfungsi seperti serat optik, yang menyaring cahaya melalui lensa ke retina," jelas Allen Taylor, ahli ilmu kimia bioorganik asal Tuft University, Boston, Massachusetts, AS.

Lensa mata itu mesti dapat berfungsi seumur hidup manusia yang memilikinya. Unsur merah, biru, hijau, kuning, dan ultraviolet (UV) dapat menembus lensa transparan tersebut. Dari semua unsur-unsur tadi, UV bisa merusak lensa, sedangkan sinar biru berpotensi merusak retina, yang tugasnya sebagai membran sensor pelapis mata, serta penerima gambar-gambar bentukan lensa.

Ada pula hasil proses alami metabolisme, yakni radikal bebas yang juga dapat menyebabkan kerusakan. Jika tidak dinetralisasikan oleh antioksidan, oksidasi yang terlalu lama berpeluang merusak lipid, protein, dan komponen lensa mata lainnya. Akibatnya, lensa semakin keruh, dari sebelumnya transparan menjadi buram. Kekeruhan ini biasa disebut katarak.

Antioksidan dalam hal ini yaitu senyawa pada makanan yang membantu dipertahankannya sel dan jaringan pada lensa dan organ-organ sehat lainnya. Di dalam lensa mata, terkandung sejumlah besar vitamin C dan E, juga lutein dan zeaxanthin. "Semakin menumpuk protein rusak, semakin keruh lensa," jelas Taylor.

Untungnya, selain menemukan sebab-sebab kerusakan, Taylor juga mendapati, gizi yang protektif dan kaya antioksidan merupakan solusi termurah dan paling praktis untuk menghambat katarak. Apalagi jika dibandingkan dengan biaya masuk kamar operasi.

Banyak faktor

  • Ada tiga bagian pada lensa yang biasa terkena dampak katarak, yakni nuclear,cortical, dan posterior subcapsular (PSC).

Nuclear dan cortical berhubungan dengan usia, sedangkan posterior subcapsular lantaran diabetes.

Dari ketiga bagian itu, kekeruhan pada lensa nuclear paling sering diteliti. Paul Jacgues, kepala Nutritional Epidemiology Program pada HNRCA, bersama sejumlah koleganya pernah meneliti soal ini. Tahun 2001 dia melaporkan, nutrisi antioksidan turut berperan dalam pencegahan katarak nuclear.

Penelitian Taylor dan kawan-kawan membuktikan, wanita dengan konsumsi vitamin C dan E, riboflavin, folat, betakaroten, lutein, dan zeaxanthin tertinggi ternyata memiliki kecenderungan terkecil menderita kekeruhan nuclear ketimbang wanita pengonsumsi nutrisi rendah. Pemakan suplemen vitamin C selama sedikitnya 10 tahun juga cenderung terhindar dari kekeruhan nuclear, ketimbang mereka yang tidak pernah menenggak suplemen vitamin C.

Taylor, Jacques, dan para koleganya juga melaporkan penemuan serupa tahun 2002, ketika mereka sedang meneliti keberadaan katarak cortical dan PSC pada sejumlah sukarelawan. Penemuan itu menguatkan peran vitamin C dalam mengurangi risiko katarak cortical pada wanita berumur kurang dari 60 tahun. Mereka juga mengindikasikan, wanita pengonsumsi banyak karoten memiliki risiko katarak PSC kecil, apalagi jika dikombinasikan dengan tidak merokok.

Wanita yang secara teratur mengonsumsi vitamin E tidak akan mengalami kerusakan cepat pada lensa mata, sebagaimana dijelaskan Taylor di pertemuan Association for Research in Vision and Ophtalmology di Fort Lauderdale, Florida. "Laju peningkatan kekeruhan nuclear - lima tahun sesudah dilakukannya tes awal - lebih rendah 30% di kalangan wanita yang mengonsumsi suplemen vitamin E selama sedikitnya 10 tahun, ketimbang mereka yang tidak pernah mengonsumsi vitamin E," timpal Jacques.

Sebuah penelitian lain menyelidiki hubungan antara indeks massa tubuh, lingkar pinggang, diabetes, dan munculnya katarak akibat pertambahan usia pada wanita. Hasilnya, menguatkan temuan-temuan lainnya, bahwa diabetes adalah faktor risiko yang kuat bagi kekeruhan PSC dan bahwa lemak perut serta obesitas mungkin berkaitan dengan PSC.

Sayangnya, hadirnya beberapa variabel tertentu memperumit penelitian tentang kaitan nutrisi dan berkurangnya daya penglihatan lantaran faktor usia. "Definisi katarak bisa berbeda dari satu penelitian ke penelitian lainnya. Banyaknya metode untuk meneliti pengonsumsian atau status nutrisi, misalnya antioksidan, juga memperumit masalah," ungkap Jacques. "Memang masih banyak pertanyaan yang harus dijawab," tambah Jacques.

Bintik kuning

  • Pada usia di atas 55 tahun, degenerasi macular karena usia merupakan penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan.

Hal ini terjadi karena rusaknya sel-sel dalam retina yang peka terhadap cahaya. Fokusnya adalah bintik kuning (yellow spot) selebar 3 mm, disebut macular latea, letaknya di bagian belakang-tengah mata, yang membuat mata kita bisa fokus, sehingga kita dapat membaca atau melihat sebuah foto.

Namun, pada mata yang "tua", protein yang teroksidasi mulai menumpuk dan menimbulkan masalah. Untunglah, di dalam retina terkonsentrasi dua jenis karoten, yakni lutein dan zeaxanthin, yang membantu melindungi mata dengan menyerap cahaya biru dan menetralisasi radikal bebas. Kedua karoten ini ada di makanan dan plasma darah, yang mengalir melewati macular melalui pembuluh darah retinal.

Penderita degenerasi macular memiliki kadar zeaxanthin dan lutein lebih rendah ketimbang orang normal, sehingga fungsinya sebagai antioksidan pelindung tak maksimal. Pakar biokimia nutrisi, Elizabeth J. Johnson, lewat penelitian membuktikan, telur lebih mudah dijadikan sumber lutein dibandingkan dengan sumber vitamin konvensional lainnya, seperti bayam atau suplemen.

Meski kadar lutein pada telur hanya 1,5 mg, kalah dengan bayam yang mengandung lutein 11 mg, "Tapi lutein dari telur bisa langsung masuk ke dalam aliran darah," tandas Elizabeth. Tentu saja, bukan cuma telur yang harus diburu untuk memperbaiki atau mempertahankan kualitas penglihatan.

Namun, para peneliti itu paling tidak sudah menunjukkan, sejalan dengan Proyek AREDS (Agerelated Eye Disease Study) yang telah berlangsung selama tujuh tahun, bahwa risiko "degenerasi macular lantaran usia" telah berkurang pada mereka yang mengonsumsi vitamin C dan E, beta-karoten, dan seng sedikitnya selama enam tahun.

Nutrisi makin diyakini perannya dalam membantu mempertahankan daya penglihatan. Meski operasi masih dianggap sebagai solusi paling masuk akal buat penderita katarak, ongkosnya jelas tak murah. Sedangkan jalan keluar buat degenerasi macular karena usia lewat jalur bedah dianggap belum optimal. Itu sebabnya, olah vitamin menjadi pilihan menarik.

Mereka Baik Untuk Mata

Jeruk. Kaya vitamin C, berfungsi sebagai antioksidan yang berkhasiat melumpuhkan radikal bebas penyebab penuaan sel, sehingga berguna untuk mencegah katarak

Anggur. Ekstrak biji anggur mengandung proantosianidin. Lebih kuat dari vitamin C dan E, antioksidan ini bahkan bisa memperbaiki penglihatan dan mengembalikan fungsi retina, terutama yang rusak akibat perdarahan pembuluh darah di mata dan ketidakseimbangan gula darah.

Ubi jalar. UNICEF dan WHO menyarankan agar wanita dan anak-anak mengonsumsi ubi jalar merah secara rutin, untuk menangkal akibat buruk dari kekurangan vitamin A.

Nenas. Vitamin dan mineral utama yang terkandung dalam nenas adalah vitamin C, vitamin B-kompleks, beta-karoten (pro-vitamin A), Fe, Mg, Ca, Cu, Zn, Mn, dan K.

Ikan laut. Ikan sardin dan tuna adalah sumber DHA (docosahexaenoid acid), salah satu jenis asam lemak omega 3, yang berperan penting dalam pembentukan retina mata.(intisari)

Kesehatan Hati-hati debu merapi

Seorang dokter dari tim relawan Merapi mengingatkan bahwa menghirup debu Gunung Merapi dalam waktu lama bisa menyebabkan berbagai penyakit. Antara lain, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), radang tenggorokan, radang paru-paru, serta iritasi mata.

"Untuk itu disarankan kepada warga yang terkena hujan abu dari letusan Merapi Senin (15/5) sebaiknya hati-hati dan pakai masker," kata dr. Kunto dari Tim Relawan Yakum Solo di Selo, Kabupaten Boyolali, Selasa pagi.

dr. Kunto menyarankan agar penduduk mengungsi ke daerah yang aman, bila situasi gunung tersebut masih juga membahayakan kesehatan mereka.

dari Gatra.com/Antara...

Secangkir Coklat Mencegah Stroke dan Serangan Jantung

Berdasarkan pengalaman sejarah, coklat diketahui sebagai obat berbagai penyakit. Penelitian baru menunjukkan bahwa coklat mungkin juga memiliki manfaat untuk mengobati penyakit jantung dan stroke. Sebuah tim penelitian di Southampton, Inggris, yang dipimpin oleh Dr. Denise O’Shaughnessy memperlihatkan bahwa minum secangkir coklat dapat mencegah seseorang dari penggumpalan darah.

Ketika darah yang menggumpal terjadi di otak atau hati, kemungkinan besar akan berakibat fatal. Sel-sel di dalam darah yang disebut platelet adalah penyebab penggumpalan tersebut dan tim peneliti menunjukkan bahwa coklat melawan fungsi platelet.

O’Shaughnessy mengatakan, "coklat mengandung zat yang disebut flavinoid yang juga ditemukan pada anggur merah. Flavinoid dapat mencegah penyakit jantung koroner. Bagaimanapun juga, penelitian kami telah menemukan kandungan lain dalam coklat yang mungkin berguna untuk melawan platelet." Dr. O’Shaughnessy akan mempresentasikan laporan penelitiannya dalam Kongres Lembaga untuk Trombosis dan Haemostatis XX di Sidney, Australia.

Temuan ini dapat digunakan untuk terapi pencegahan penyakit jantung dan stroke. Tapi, bisa juga berarti bahwa secangkir coklat panas yang lezat hanya penting bagi orang yang memiliki penyakit beresiko tinggi.

Penelitian lain di Belanda telah menunjukkan bahwa tipe darah manusia menentukan besarnya resiko menderita deep vein trombosis (DVT). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tipe darah A, B, atau AB memiliki resiko DVT yang tinggi.

"Tipe darah A tanpa kandungan O berisiko tinggi karena membawa varian protein yang disebut faktor V Leiden yang mempengaruhi terjadinya penggumpalan. Varian protein ini ditemukan pada sekitar 3 persen dari keturunan Eropa," kata penelitinya, Dr. Vania Morelli, dari Leiden University Medical Center.

Penelitian ini menunjukkan bahwa informasi pada tipe darah mungkin memegang peranan dalam pengaturan DVT, khususnya untuk membawa varian protein ini. Dengan demikian penting bagi setiap orang untuk mengetahui jenis darahnya. Dr. Morelli akan mempresentasikan hasil penelitian ini pada kongres yang sama.

Sumber : Kompas Cyber Media